ArtikelFikih: 9 Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di Hari Jumat. Imam an-Nawawi rahimahullah berkata, "Makna manisnya iman adalah kelezatan dalam melakukan ketaatan dan berani menanggung beban berat ketika menjalankan agama, serta lebih mengutamakan agama daripada dunia. Cinta hamba kepada Allah dapat terwujud dengan
Khutbah Jumat Singkat Tentang Manisnya Iman ini merupakan rekaman khutbah Jum’at yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. di Masjid Al-Barkah, Komplek Rodja, Kp. Tengah, Cileungsi, Bogor, pada Jum’at, 18 Rabbi’ul Awwal 1441 H 15 November 2019 M. Khutbah Pertama – Khutbah Jumat Singkat Tentang Manisnya Iman إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه قال الله تعالى فى كتابه الكريم، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ وقال تعالى، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا أَمَّا بَعْدُ، فإِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ Ummatal Islam, Sesungguhnya iman itu memiliki rasa, yaitu rasa manis di dada. Akan tetapi tidak setiap manusia/tidak setiap orang yang menyatakan dirinya beriman, dia merasakan manisnya iman. Karena orang yang merasakan manisnya iman, Allah akan berikan kelezatan didalam ibadah dan ketaatannya. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ “Ada tiga perangai, siapa yang tiga perangai ini ada pada seseorang, ia akan mendapatkan manisnya iman.” Yang pertama مَنْ كَانَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا “Allah dan RasulNya lebih ia cintai daripada selain keduanya.” وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ “Dan ia mencintai orang lain, ia cintai karena Allah.” وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللَّهُ مِنْهُ، كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ “Dan ia tidak mau kembali kepada kekafiran, tidak mau kembali kepada dunia yang gelap, sebagaimana ia tidak mau untuk dilemparkan ke dalam api.” HR. Muslim Inilah, saudaraku.. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengabarkan bahwa siapapun orang yang memiliki tiga perangai ini, dia akan mendapatkan manisnya iman di dadanya, kelezatan dalam beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Yang pertama yaitu, Allah dan RasulNya lebih ia cintai daripada dirinya sendiri, lebih ia cintai daripada anak-anaknya, lebih ai cintai daripada hartanya, lebih ia cintai dari segala-galanya. Karena sesungguhnya ia sadar bahwasanya ia adalah milik Allah dan bahwasanya Allah yang telah memberikan berbagai macam kenikmatan. Dan kenikmatan yang paling besar adalah nikmat hidayah. Maka ia pun mencintai Allah atas karunia yang Allah berikan kepadanya, ia cintai Allah karena sifat-sifat Allah yang luar biasa sangat sempurna, sehingga ia pun tunduk dan patuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Cinta itulah yang akan memberikan kepada dia kekuatan untuk menaati Allah. Karena orang yang mencintai sesuatu, ia akan semangat untuk meraih sesuatu tersebut. Orang yang mencintai harta, ia akan semangat meraih harta. Orang mencintai kedudukan ia akan semangat untuk meraih kedudukan. Maka orang yang mencintai Allah dan RasulNya, ia semangat kepada ketaatan kepada Allah dan RasulNya dan tidak semangat kepada kemaksiatan. Maka kita lihat diri kita, tentang ucapan kita bahwasanya kita mengaku bahwa kita mencintai Allah dan RasulNya. Apakah sudah jujur ucapan kita dimana kita menyatakan cinta kita kepada Allah? Bagaimana semangat kita kepada ketaatan? Kalaulah kita mencintai Allah, mencintai RasulNya, kita akan semangat kepada ketaatan-ketaatan. Kita semangat kepada shalat, kita semangat untuk melaksanakan perintah Allah berupa puasa Ramadhan, kita semangat untuk menjalankan sunnah-sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Bahkan ia cintai semua perintah Allah dan RasulNya itu melebihi segala-galanya. Ummatal Islam, Cinta bukan hanya sebatas di mulut. Akan tetapi cinta itu hakikatnya adalah ittiba dengan cara mengikuti Allah dan RasulNya. Allah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 31 قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللَّـهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّـهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ “Katakan, jika kalian mencintai Allah maka ikutilah aku yaitu Rasulullah, niscaya Allah akan ampuni kalian dan cintai kalian.” QS. Ali Imran[3] 31 Ini disebut -kata Ibnu Katsir- sebagai ayat ujian bagi setiap orang yang mengaku bahwa dirinya beriman kepada Allah dan mencintai Allah. Allah mengatakan, “Jika kalian mencintai Allah, hendaklah kalian mengikuti Rasulullah.” Karena orang yang menyatakan bahwasanya dia cinta kepada Allah, maka realisasinya adalah dengan mengikuti Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Bukan dengan cara kita berbuat bid’ah dengan mengada-ngada ibadah yang tidak pernah disyariatkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Akan tetapi dengan cara ittiba’, mengikuti sunnah Rasul Shallallahu Alaihi wa Sallam. Setiap ibadah yang telah jelas ada perintahnya dari Rasulullah ia jalankan. Tapi kalau tidak ada perintahnya, ia tidak lakukan. Karena ia tahu bahwasanya ibadah itu hak Allah, bukan hak dirinya. Hak Allah! Allah ingin diibadahi sesuai dengan apa yang Allah cintai dan ridhai. Bukan sesuai dengan selera-selera kita. Maka ia tidak berani mengamalkan suatu ibadah yang tidak jelas dalilnya. Karena sesungguhnya itulah yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Rasul kita yang mulia Alaihish Shalatu was Salam bersabda مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ “Barangsiapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak ada diatasnya perintah kami, maka amalan tersebut tertolak.” HR. Muslim Dalam hadits yang lain Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ “Siapa yang membuat-buat, mengada-ngada sesuatu yang bukan berasal dari urusan kami yaitu agama kami ini, maka ia akan tertolak.” kata Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Maka saudaraku, Mencintai Allah dan RasulNya dengan cara kita berusaha semangat menjalankan perintah Allah, menjalankan sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. أقول قولي هذا واستغفر الله لي ولكم Khutbah kedua – Khutbah Jumat Singkat Tentang Manisnya Iman الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله، نبينا محمد و آله وصحبه ومن والاه، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أنَّ محمّداً عبده ورسولهُ Ummatal Islam, Kemudian perangai yang kedua وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ “Ia mencintai seseorang karena Allah.” Bukan karena kepentingan-kepentingan dunia, bukan karena ikatan-ikatan yang sifatnya dunia. Sebagian orang mencintai karena ikatan partai atau karena ikatan lembaga atau karena ikatan yayasan atau karena ikatan organisasi, semua itu -wallah- bukan cinta karena Allah. Seseorang mencintai karena hartanya, mencintainya karena kedudukannya, itu semuanya bukan cinta karena Allah. Siapa yang cintanya bukan karena Allah, kelak dihari kiamat akan bermusuhan dengannya. Allah berfirman الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ ﴿٦٧﴾ “Orang-orang yang berkasih sayang karena dunia, pada hari kiamat akan menjadi musuh satu sama lainnya, kecuali orang-orang yang bertaqwa.” QS. Az-Zukhruf[43] 67 Orang-orang yang bertaqwa, yang cinta mereka karena Allah, karena ketaatan, karena ketaqwaan, karena ketundukannya kepada Allah dan RasulNya, semakin dia melihat seseorang yang sangat taat kepada Allah, semakin dia mencintainya. Perangai yang ketiga, saudaraku sekalian.. وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ “Ia tidak mau kembali lagi kepada kekafiran.” Ia tidak mau kembali kepada dunianya yang gelap terdahulu, sebagaimana ia tidak mau dilemparkan ke dalam api. Karena ia sudah merasakan nikmatnya hidayah, dia sudah merasakan nikmatnya hijrah, dia sudah merasakannya nikmatnya ketaatan. Maka tidak akan pernah ia menjual lagi nikmat hidayah tersebut walaupun dengan uang ataupun harta sepenuh bumi. Ummat Islam, Inilah tiga perangai, siapa yang tiga perangai ini ada pada diri seseorang -kata Rasulullah- maka ia akan merasakan manisnya iman. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ، فَيَا قَاضِيَ الحَاجَات اللهم تقبل أعمالنا يا رب العالمين، اللهم وتب علينا إنك أنت التواب الرحيم، اللهم اصلح ولاة أمورنا يا رب العالمين، واجعلنا من التوابين واجعلنا من المتطهرين رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ عباد الله إِنَّ اللَّـهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ فَاذْكُرُوا الله العَظِيْمَ يَذْكُرْكُم، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُم، ولذِكرُ الله أكبَر. Download mp3 Khutbah Jumat Singkat Tentang Manisnya Iman Podcast Play in new window DownloadSubscribe RSS Jangan lupa untuk ikut membagikan link download khutbah Jum’at ini, kepada saudara Muslimin kita baik itu melalui Facebook, Twitter, atau yang lainnya. Semoga Allah membalas kebaikan Anda.
KhutbahJum'at Masjid Nabawi 16/12/1435 H - 10/10/2014 M Khutbah Kedua. Manisnya iman menjadikan seluruh ibadah menjadi ledzat. Salah seorang dari mereka berkata, "Seluruh kelezatan hanya memiliki satu kelezatan kecuali ibadah, ia memiliki tiga keledzatan. Tatkala engkau sedang beribadah, tatkala engkau mengingat ibadah tersebut, dan
Moga kita diberi iman dan istiqamah. Khutbah Pertama إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِ القَوِيْمِ وَدَعَا إِلَى الصِّرَاطِ المُسْتَقِيْمِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا اللّهُمَّ عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا، وَانْفَعَنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا، وَزِدْنَا عِلْماً، وَأَرَنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرَنَا البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ Amma ba’du … Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah … Segala puji bagi Allah yang telah menunjukkan kita kepada takwa. Dan kita diperintahkan untuk bertakwa kepada-Nya sebagaimana disebutkan dalam ayat, يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” QS. Ali Imran 102 Shalawat dan salam kepada sayyid para nabi, nabi akhir zaman, rasul yang syariatnya telah sempurna, rasul yang mengajarkan perihal ibadah dengan sempurna. Semoga shalawat dari Allah tercurah kepada beliau, kepada istri-istri beliau, para sahabat beliau, serta yang disebut keluarga beliau karena menjadi pengikut beliau yang sejati hingga akhir zaman. Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah … Sebelum masuk dalam inti bahasan, ada satu adab yang diajarkan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam dalam hadits berikut ini. Dari Sahl bin Mu’adz dari bapaknya Mu’adz bin Anas Al-Juhaniy, ia berkata, أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- نَهَى عَنِ الْحُبْوَةِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَالإِمَامُ يَخْطُبُ “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallammelarang dari duduk dengan memeluk lutut pada saat imam sedang berkhutbah.” HR. Tirmidzi, no. 514 dan Abu Daud, no. 1110. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan. Imam Nawawi rahimahullah dalam Riyadhus Sholihin membawakan hadits di atas dengan menyatakan dalam judul bab, كَرَاهَةُ الاِحْتِبَاءِ يَوْمَ الجُمُعَةِ وَالإِمَامُ يَخْطُبُ لِأَنَّهُ يَجْلِبُ النَّوْم فَيَفُوْت اِسْتِمَاع الخُطْبَة وَيَخَافُ اِنْتِقَاض الوُضُوْء “Dimakruhkan memeluk lutut pada hari Jumat saat khatib berkhutbah karena dapat menyebabkan tertidur sehingga terluput dari mendengarkan khutbah dan khawatir pula seperti itu dapat membatalkan wudhu.” Imam Nawawi membawakan perkataan Al-Khaththabi yang menyatakan sebab dilarang duduk ihtiba’, نُهِيَ عَنْهَا لِاَنَّهاَ تَجْلِبُ النَّوْم فَتَعْرِض طَهَارَتُه لِلنَّقْضِ وَيَمْنَعُ مِنَ اسْتِمَاعِ الخُطْبَةِ “Duduk dengan memeluk lutut itu dilarang saat mendengar khutbah Jumat karena dapat menyebabkan tidur saat khutbah yang dapat membatalkan wudhu, juga jadi tidak mendengarkan khutbah.” Al-Majmu’, 4592. Kali ini kita akan membahas pentingnya istiqamah—yaitu berada terus di atas jalan yang lurus, mengikuti ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah—dan kiat agar mudah istiqamah. Ada beberapa ayat yang membicarakan tentang istiqamah. إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan “Tuhan kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada pula berduka cita.” QS. Al-Ahqaf 13 إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan “Rabb kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu“.” QS. Fushshilat 30 فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا ۚإِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ “Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan juga orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” QS. Hud 112 Juga dalam hadits disebutkan, dari Abu Amr—ada yang menyebut pula Abu Amrah—Sufyan bin Abdillah radhiyallahu anhu, ia berkata, قُلْتُ يَارَسُوْلَ اللهِ قُلْ لِيْ فِي الإِسْلامِ قَوْلاً لاَ أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدَاً غَيْرَكَ؟ قَالَ “قُلْ آمَنْتُ باللهِ ثُمَّ استَقِمْ” “Aku berkata Wahai Rasulullah katakanlah kepadaku suatu perkataan dalam Islam yang aku tidak perlu bertanya tentangnya kepada seorang pun selainmu.” Beliau bersabda, “Katakanlah aku beriman kepada Allah, kemudian istiqamahlah.” HR. Muslim, no. 38 Dari hadits di atas ada beberapa poin penting yang disampaikan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ketika menjelaskan hadits Al-Arba’in An-Nawawiyah nomor 21. Pertama Siapa saja yang kurang dalam melakukan yang wajib, berarti ia tidak istiqamah, dalam dirinya terdapat penyimpangan. Ia semakin dikatakan menyimpang sekadar dengan hal wajib yang ditinggalkan dan keharaman yang dikerjakan. Kedua Sekarang tinggal kita koreksi diri, apakah kita benar-benar istiqamah ataukah tidak. Jika benar-benar istiqamah, maka bersyukurlah kepada Allah. Jika tidak istiqamah, maka wajib baginya kembali kepada jalan Allah. Ketiga Istiqamah itu mencakup segala macam amal. Siapa yang mengakhirkan shalat hingga keluar waktunya, maka ia tidak istiqamah. Siapa yang enggan bayar zakat, maka ia tidak istiqamah. Siapa yang menjatuhkan kehormatan orang lain, ia juga tidak istiqamah. Siapa yang menipu dan mengelabui dalam jual beli, juga dalam sewa-menyewa, maka ia tidak disebut istiqamah. Bagaimana cara istiqamah? Ada tiga kiat utama yang bisa diamalkan. Pertama Mencari teman bergaul yang saleh. Dari Abu Musa radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ ، وَكِيرِ الْحَدَّادِ ، لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيهِ ، أَوْ تَجِدُ رِيحَهُ ، وَكِيرُ الْحَدَّادِ يُحْرِقُ بَدَنَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً “Seseorang yang duduk berteman dengan orang sholih dan orang yang jelek adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.” HR. Bukhari, no. 2101 Kedua Rajin hadiri majelis ilmu. Karena orang yang punya banyak dosa saja bisa banyak terpengaruh. Dalam hadits riwayat Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda ketika itu para malaikat berkata, ربِّ فيهمْ فُلانٌ عَبْدٌ خَطَّاءٌ إنَّمَا مَرَّ ، فَجَلَسَ مَعَهُمْ . فيقُولُ ولهُ غَفَرْتُ ، هُمُ القَومُ لاَ يَشْقَى بِهِمْ جَلِيسُهُمْ “Wahai Rabbku, di kalangan mereka ada seorang hamba yang banyak sekali kesalahannya. Ia hanya melewati saja majelis ilmu lalu ikut duduk bersama mereka.” Lalu Allah pun berkata, “Aku pun mengampuninya, mereka adalah satu kaum yang tidak akan sengsara orang yang duduk bersama mereka.” Ketiga Memperbanyak doa kepada Allah Allah Ta’ala berfirman, رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ “Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi karunia.” QS. Ali Imran 8 Dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash radhiyallahu anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ القُلُوْبِ صَرِّفْ قُلُوْبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ “ALLOHUMMA MUSHORRIFAL QULUUB SHORRIF QULUUBANAA ALA THOO’ATIK artinya Ya Allah, Sang Pembolak-balik hati, balikkanlah hati kami untuk taat kepada-Mu.” HR. Muslim, no. 2654 Dalam riwayat selengkapnya disebutkan, إِنَّ قُلُوبَ بَنِى آدَمَ كُلَّهَا بَيْنَ إِصْبَعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ الرَّحْمَنِ كَقَلْبٍ وَاحِدٍ يُصَرِّفُهُ حَيْثُ يَشَاءُ “Sesungguhnya hati manusia seluruhnya di antara jari jemari Ar-Rahman seperti satu hati, Allah membolak-balikkannya sekehendak-Nya.” HR. Muslim, no. 2654 Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah mengajarkan faedah yang bagus tentang doa ini dalam Syarh Riyadh Ash-Shalihin di mana kalimat ALA THOO’ATIK mempunyai makna sangat dalam. Artinya, kita minta kepada Allah supaya hati kita terus berada pada ketaatan dan tidak beralih kepada maksiat. Hati jika diminta supaya balik pada ketaatan, berarti yang diminta adalah beralih dari satu ketaatan pada ketaatan lainnya, yaitu dari shalat, lalu beralih pada dzikir, lalu beralih pada sedekah, lalu beralih pada puasa, lalu beralih pada menggali ilmu, lalu beralih pada ketaatan lainnya. Maka sudah sepantasnya doa ini diamalkan. Demikian khutbah pertama ini. Semoga Allah memberi taufik dan hidayah. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ Khutbah Kedua الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ فَيَااَ يُّهَاالنَّاسُ !! اِتَّقُوااللهَ تَعَالىَ. وَذَرُوالْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَوَمَابَطَنْ. وَحَافِظُوْاعَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ. وَاعْلَمُوْااَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ. وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ. فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاًعَلِيْمًا اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْاصَلُّوْاعَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى اللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِى الأُمُورِ كُلِّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْىِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، اَللَّهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِمَا فِيْهِ صَلَاحُهُمْ وَصَلَاحُ اْلإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِيْنَ اَللَّهُمَّ أَبْعِدْ عَنْهُمْ بِطَانَةَ السُّوْءِ وَالْمُفْسِدِيْنَ وَقَرِّبْ إِلَيْهِمْ أَهْلَ الْخَيْرِ وَالنَّاصِحِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ ومَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ — Naskah Khutbah Jumat Pon, 22 Rajab 1440 H 29 Maret 2019 Masjid Adz-Dzikro Ngampel Warak Girisekar Panggang Gunungkidul Oleh Muhammad Abduh Tuasikal Artikel
Rekamankhutbah jum'at Mesjid Az Zawiyah IAIN Langsa.
Keimanan adalah hal paling pokok dalam kehidupan umat Islam. Dari enam rukun iman, yang mesti mendapat prioritas sebelum lainnya adalah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Naskah khutbah Jumat kali ini hendak menjelaskan tentang bagaimana mengimani dua hal ini secara benar. Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul "Khutbah Jumat Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya". Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini pada tampilan desktop. Semoga bermanfaat! Redaksi الحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ وَمَنْ لَّمْ يُؤْمِنْۢ بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ فَاِنَّآ اَعْتَدْنَا لِلْكٰفِرِيْنَ سَعِيْرًا الفتح ١٣ Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Takwa adalah sebaik-baik bekal untuk meraih kebahagiaan abadi di akhirat. Oleh karena itu, khatib mengawali khutbah yang singkat ini dengan wasiat takwa. Marilah kita semua selalu meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala dengan melaksanakan semua kewajiban dan meninggalkan segenap larangan. Saudara-saudara seiman, Di antara yang wajib dilakukan setiap mukallaf adalah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Bahkan iman kepada Allah dan Rasul-Nya adalah kewajiban yang paling pokok, paling utama, paling tinggi kedudukannya dan paling harus didahulukan. Beriman kepada Allah adalah meyakini dengan bulat dan pasti bahwa Allah ta’ala ada dan bersifat dengan sifat-sifat yang layak bagi-Nya. Yakni Allah ta’ala ada, tidak ada keraguan tentang ada-Nya, ada tanpa disifati dengan sifat-sifat makhluk, tanpa ukuran, tanpa tempat dan tanpa arah. Beriman kepada Rasul-Nya, Muhammad shallallahu alaihi wasallam adalah meyakini bahwa Muhammad bin Abdullah adalah utusan Allah kepada manusia dan jin. Ia selalu jujur dalam segala hal yang ia sampaikan dari Allah. Mengenal Allah ta’ala disertai mengesakan-Nya dalam beribadah adalah hak Allah yang paling agung yang wajib dilakukan para hamba-Nya. Mengesakan Allah dalam ibadah artinya mempersembahkan puncak perendahan diri hanya kepada-Nya. Mengenal dan mengetahui Allah tidak-lah meliputi segala sesuatu tentang-Nya. Mengetahui Allah adalah dengan mengetahui sifat yang wajib pasti bagi Allah ta’ala seperti keazalian Allah, keesaan Allah, kemahatahuan Allah tentang segala sesuatu dan bahwa Allah tidak menyerupai semua makhluk. Juga dengan menyucikan Allah dari perkara yang mustahil bagi-Nya seperti kemustahilan adanya sekutu bagi Allah, kemustahilan berlakunya ukuran, bentuk, rupa dan gambar bagi-Nya, serta mustahilnya Allah berada di suatu tempat dan arah. Juga dengan mengetahui apa yang jaiz bagi Allah seperti menciptakan sesuatu dan tidak menciptakannya. Imam Ahmad ar-Rifa’i, perintis dan pendiri tarekat Rifa’iyyah radliyallahu anhu menegaskan غَايَةُ الْمَعْرِفَةِ باللهِ الإيْقَانُ بِوُجُوْدِهِ تَعَالَى بِلَا كَيْفٍ وَلَا مَكَانٍ “Puncak pengetahuan hamba terhadap Allah adalah dengan meyakini adanya Allah ta’ala tanpa disifati dengan sifat-sifat makhluk dan tanpa tempat.” Artinya batas akhir yang bisa dicapai oleh seorang hamba dalam mengenal Allah adalah meyakini secara pasti tanpa keraguan sedikit pun akan adanya Allah tanpa disifati dengan sifat-sifat makhluk dan tanpa tempat. Perkataan ar-Rifa’i “bi la kaif” adalah tegas menafikan jism berdimensi fisik, ruang, bentuk, gerak, diam, menempel, berpisah, dan duduk dari Allah ta’ala. Jadi al-Kaif mencakup sifat apapun di antara semua sifat makhluk. Dengan demikian, orang yang meyakini bahwa Allah ada tanpa disifati dengan sifat-sifat makhluk dan tanpa tempat, maka ia telah mencapai batas akhir yang bisa dicapai oleh seorang hamba dalam mengenal Allah tabaraka wata’ala. Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Sedangkan mengenal Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah dengan mengetahui sifat-sifat yang wajib bagi para nabi, hal-hal yang mustahil bagi mereka dan perkara yang jaiz bagi mereka. Beriman kepada Allah ta’ala wajib disertai dengan beriman terhadap kerasulan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Karenanya, menggabungkan antara dua kalimat syahadat dan meyakini makna keduanya mutlak harus dilakukan untuk selamat dari kekekalan yang abadi di neraka. Karena orang yang meyakini bahwa Allah ada dan tidak beriman kepada Muhammad, maka dia bukan mukmin dan bukan muslim. Hal itu berdasarkan Al-Qur’an surat al-Fath ayat 13 seperti yang kami baca di atas. Hal ini tidak seperti yang dikatakan oleh sebagian orang musyrikin “Sungguh kami akan diberi di akhirat sesuatu yang lebih bagus dari yang diberikan kepada kalian.” Allah ta’ala berfirman menegaskan kedustaan mereka أَفَنَجْعَلُ الْمُسْلِمِينَ كَالْمُجْرِمِينَ القلم ٣٥ Maknanya tidak sama menurut Allah antara orang-orang yang beriman kepada Tuhan mereka dan orang-orang kafir. Ini adalah istifham yang menunjukkan kepada mereka kesalahan apa yang mereka katakan, sekaligus mengandung celaan dan pengingkaran yang keras kepada mereka. Saudara-saudara seiman, Dengan demikian, wajib beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Jangan dipedulikan orang yang menyalahi hal ini, sehingga menyamakan antara orang mukmin dan selainnya dan mengajak orang untuk beribadah kepada sesembahan yang mereka inginkan selain Allah, wal iyadzubillah. Sungguh akhirat pasti akan tiba. Perhitungan amal pasti terjadi. Dan perkara terpenting yang akan dipertanggungjawabkan seseorang di akhirat kelak adalah iman. Suatu ketika, sebagian kafir Quraisy meminta agar Nabi shallallahu alaihi wasallam menyembah berhala-berhala mereka satu tahun dan mereka akan menyembah tuhan Nabi satu tahun. Maka Allah ta’ala menurunkan surat al-Kafirun. Allah berfirman قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ الكافرون ١ Maknanya “Katakanlah “Hai orang-orang kafir”” QS al-Kafirun 1 Yakni katakanlah Wahai Muhammad. Allah memerintah Nabi-Nya dalam ayat tersebut agar menyeru mereka dengan panggilan “wahai orang-orang kafir”. لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ الكافرون ٢ Maknanya “Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah” QS al-Kafirun 2 Yakni tidak sekarang, tidak juga dalam sisa umurku. وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ الكافرون ٣ Maknanya “Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah” QS al-Kafirun 3 Yakni tidak sekarang dan tidak di masa yang akan datang. Karena Allah ta’ala mengetahui pada azal bahwa mereka ini tidak akan beriman. وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ، وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ الكافرون ٤-٥ Maknanya “Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah dan kamu tidak pernah pula menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah” QS al-Kafirun 4-5 Ini adalah taukid menekankan dan menguatkan, yang bertujuan menguatkan berita bahwa mereka akan meninggal dalam kekufuran, tidak akan masuk Islam selamanya dan tidak akan beriman. لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ الكافرون ٦ Dalam ayat ini terdapat makna tahdid peringatan dan ancaman. Firman Allah ta’ala لَكُمْ دِينُكُمْ Artinya Bagi kalian agama kalian yang batil, yaitu syirik yang kalian yakini. وَلِيَ دِينِ Maksudnya Bagiku agamaku yang merupakan agama yang benar, yaitu Islam. Yakni bagi kalian syirik kalian dan bagiku tauhidku. Ini adalah puncak penegasan tentang keterlepasan Nabi dari perkara batil yang diyakini oleh orang-orang musyrik. Serupa dengan ayat ini dalam menunjukkan makna peringatan dan ancaman adalah firman Allah ta’ala فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ الكهف ٢٩ Yakni orang yang memilih iman tidaklah seperti orang yang memilih kekufuran. Orang yang memilih kekufuran akan disiksa dan orang yang memilih iman akan dibalas dengan pahala. Lanjutan ayat ini menunjukkan maksud dari penggalan ayat tersebut, yakni peringatan dan ancaman, yaitu إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا وَإِنْ يَسْتَغِيثُوا يُغَاثُوا بِمَاءٍ كَالْمُهْلِ يَشْوِي الْوُجُوهَ بِئْسَ الشَّرَابُ وَسَاءَتْ مُرْتَفَقًا الكهف ٢٩ Maknanya “Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang kafir itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek” QS al-Kahfi 29 Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Akhirnya, kita memohon kepada Allah ta’ala agar menghidupkan kita dalam keadaan muslim dan mewafatkan kita dalam keadaan mukmin serta menyelamatkan kita dari berbagai fitnah dalam agama. نسأَلُ اللهَ تعالى أن يُـحْيِيَنَا مُسْلِمِيْنَ وأن يَتَوَفَّانَا مُؤمنِيْنَ وأن يُعَافِيَنَا من الفِتَنِ في الدّين. أقولُ قَوْلِي هذَا وأستَغْفِرُ اللهَ لي ولكُم Khutbah II اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ Ustadz Nur Rohmad, Anggota Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur, Ketua Komite Dakwah Khusus MUI Kab. Mojokerto dan Dosen STAI Al-Azhar, Gresik
ManisnyaIman Khutbah Jum'at Masjid Nabawi 16/12/1435 H - 10/10/2014 M Oleh : Asy-Syaikh Abdul Baari Ats-Tsubaiti hafizohulloh Khutbah Pertama Dari Ibnu Abbas bin Abdil Muttholib bahwasanya ia
Foto ilustrasi telaga surga diambil dari sarkub Khutbah Jumat Sebab ilang Lezatnya Iman* إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى نَبِيِّنَا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ وَالَاهُ, وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ اللهِ ! أُوصِيْكُمْ بِنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. Jama’ah Jum’at Rahimakumullah ! Alhamdulillah pada hari yang mulia ini, kita masih dipertemukan Allah Subhanahu wa Ta’ala di majlis yang berbahagia ini , kitapun masih diberikan kesempatan untuk menambah amal kebaikan sebagai bekal di hari yang sangat panjang .Maka patutlah kiranya kita selalu meningkatkan rasa syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kita yakini dengan seyakin-yakinnya bahwa Allah Subhaanahu wa Ta’ala akan menambah ni’mat bagi orang-orang yang mau bersyukur . Shalawat dan salam tetap dilimpahkan-Nya atas Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, yang telah membimbing kita ke jalan yang diridloi Allah Subhaanahu wa Ta’ala. Hadirin yang dirahmati Allah Subhaanahu wa Ta’ala ! Kita yang hadir di tempat ini tentunya terasa nikmat karena paling tidak kita ingin menunjukkan bukti ketaatan kita kepada-Nya , sebab dengan ketaatan itulah kita akan mendapatkan kemenangan yang sesungguhnya. وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً “ Dan barangsiapa menta`ati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” Al-Ahzab 71 Ketahuilah hadirin ! Kini semakin banyak orang yang tidak dapat merasakan manisnya iman atau nikmatnya beragama,karena kurang menjaga ketaatan kepada-Nya , sehingga tidak memperoleh hikmah darinya..Ambillah contoh, shalat yang telah dilakukannya tidak mampu membawa ketenangan hati dan mencegah dari perbuatan maksiat , puasa yang telah ditunaikan sebulan penuh , tidak mampu menahan gempuran nafsu dan tidak tertanam baik untuk berlomba dalam kebaikan, demikian juga ibadah yang lain tidak memiliki pengaruh dalam kehidupan mereka, sehingga tampaklah dalam kehidupan sehari-hari rasa jenuh dalam beragama. Padahal , seharusnya ibadah yang dilakukan itu membawa kedekatan kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala dan takut melakukan hal-hal yang dimurkai-Nya, serta memberikan manfaar di tengah-tengah pergaulan masyarakat. Hadirin yang dirahmati Allah Subhaanahu wa Ta’ala ! Benarkah rasa jenuh beragama dapat menimpa pada diri seseorang muslim ? Sebenarnya rasa jenuh dalam beragama dapat diketahui dari rasa malas dan kurang semangat dalam beribadah dan beramal sholeh,,serta rasa enggan untuk melaksanakan perintah agama . Mengapa demikian ? Kalau kita amati ada beberapa sebab jenuhnya seorang muslim dalam beragama Pertama Aqidah- Tauhid yang semakin melemah. Banyak orang yang mengaku Allah Subhaanahu wa Ta’ala sebagai Tuhan, namun dalam kehidupan sehari-hari menampakkan kurang yakin terhadap kebenaran-Nya , merekapun mempertuhankan harta, tahta dan wanita . Mereka lupa kepada batas-batas Allah Subhaanahu wa Ta’ala , sehingga sangat terbuka untuk melakukan penyimpangan-penyimpangan tanpa ada beban dosa. . Allah Suhaanahu wa Ta’ala berfirman وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنسَاهُمْ أَنفُسَهُمْ أُوْلَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُون “ Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.” Al-Hasyr19 Akibatnya? Fa ansaahum anfusahum. Maka Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Dalam Tafsir ibnu Katsiir, penggalan ini ditafsirkan Maka Allah akan menjadikan mereka lupa untuk mengerjakan amal baik untuk hari akhir mereka sibuk. Disibukkan dengan aktivitias duniawi semata. Kenyataannya mereka tidak mengerjakan apa-apa untuk akhirat mereka yang kekal. Jadilah mereka tersesat. Dan mereka itulah orang-orang yang sangat merugi.. Ayat inilah sebagai bentuk kasih sayang Allah Subhaanahu wa Ta’ala kepada orang-orang yang beriman, agar tetap pada jalan–Nya. Hadirin yang berbahagia ! Sebab kedua seorang muslim merasa jenuh dan tidak bersemangat untuk mengamalkan ajaran agamanya adalah Pengaruh Hedonism dan materialisme telah merasuk pada diri umat. Kesenangan dan kecintaan pada harta benda , membuat mereka menjauhkan diri dari apa yang telah disyariatkan agama Islam , namun mereka tidak menyadarinya, kecuali seolah mendapatkan petunjuk, padahal dalam kesesatan. Pada era globalisasi ini,sebagian ummat Islam Indonesia , tak ubahnya kaum Bani Isroil yang sangat mudah dirasuki hal-hal yang bersifat hiburan dan materi , meskipun telah diperingatkan agar berpegang pada pedoman yang harus diamalkan . Namun karena rasa enggan atau pengaruh nafsu jahat yang begitu kuat , mereka menolak dan tetap larut dalam kesenangan dan sangat cinta pada harta benda serta menjadikannya sebagai Tuhan. Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman خُذُواْ مَا آتَيْنَاكُم بِقُوَّةٍ وَاسْمَعُواْ قَالُواْ سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا وَأُشْرِبُواْ فِي قُلُوبِهِمُ الْعِجْلَ بِكُفْرِهِمْ قُلْ بِئْسَمَا يَأْمُرُكُمْ بِهِ إِيمَانُكُمْ إِن كُنتُمْ مُّؤْمِنِينَ “Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan dengarkanlah!” Mereka menjawab “Kami mendengarkan tetapi tidak menta`ati”. Dan telah diresapkan ke dalam hati mereka itu kecintaan menyembah anak sapi karena kekafirannya. Katakanlah “Amat jahat perbuatan yang diperintahkan imanmu kepadamu jika betul kamu beriman kepada Taurat”. Al-Baqarah 93 Dalam pada itu , perlulah kita perhatikan firman Allah Subhaanahu wa Ta’ala قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالاً ﴿١٠٣﴾ الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعاً ﴿١٠٤﴾ 103. Katakanlah “Apakah perlu Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?”104. Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. Al-Kahfi 103-104 Betapa jelasnya kedua ayat di atas yang menggambarkan banyaknya manusia yang tertipu oleh gemerlapnya dunia, sehingga lupa untuk mempersiapkan bekal akhirat, dan kemaksiatan yang dilakukan dianggap sebagai masalah yang remeh . Hadirin yang dirahmati Allah Subhaanahu wa Ta’ala ! Tentu saja kita yang hadir ini tidak ingin terkena sifat jenuh dalam menjalankan agama , karena lemahnya iman dan memperturutkan hawa nafsu dengan memuja sarana-sarana yang mendatangkan kesenangan dan materi. Maka sangat tepatlah kita yang senantiasa memupuk iman kita sebagai cermin ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, Kita ingin mendapat ridlo dari Allah Subhaanahu wa Ta’ala , dan tetap istiqomah ,agar dapat merasakan manisnya iman. Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam bersabda ذَاقَ طَعْمَ الْأِيمْانِ مَنْ رَضِيَ اللهَ رَبًّا وَبِا لْأِ سْلاَ مِ دِيْنًا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا “ Akan dapat merasakan makanan iman adalah orang yang ridlo terhadap Allah sebagai Tuhannya , Islam sebagai agamanya dan Muhammad sebagai Muslim. Hadirin yang berbahagia ! Semoga kita semua yang hadir di majlis yang penuh barokah ini, juga keluarga kita, selalu mendapatkan petunjuk dan perlindungan dari Allah Subhaanahu wa Ta’ala, sehingga mampu menjalankan agama dengan penuh keikhlasan, sehingga dapat merasakan manisnya iman بَارَكَ ا للهُ لِيْ وَلَكُمْ فيِ االْقُرْأَ نِ ا لْعَظِيْمِ وَنَفعَنِيْ وَ إِ يَّا كُمْ بمَِا فِيْهِ مِنَ الَْْاَ يَاتِ و ذِكْر الحَْكِيْمِ وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِ نَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ ا لْعَلِيْمُ Khutbah Kedua الْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْد Kaum muslimin yang dirahmati Allah Subhaanahu wa Ta’ala ! Marilah kita dengan tiada henti-hentinya selalu memanjatkan do’a , agar senantiasa mendapatlkan kemudahan dalam mengarungi samodra kehidupan yang penuh fitnah ini, dan tetap berada dalam naungan-Nya. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، ٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ . *MOH. HELMAN SUEB, MA
Terakhirdiperbaharui: Jumat, 17 Juli 2020 pukul 2:27 pm. Tautan: Khutbah Jumat Singkat Tentang Manisnya Iman ini merupakan rekaman khutbah Jum'at yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. di Masjid Al-Barkah, Komplek Rodja, Kp. Tengah, Cileungsi, Bogor, pada Jum'at, 18 Rabbi'ul Awwal 1441 H | 15
Naskah khutbah ini fokus pada penguatan keimanan pada keberadaan malaikat Allah. Mereka memiliki kriteria dan tugas-tugas tertentu. Mereka bukanlah pembantu-pembantu Allah karena Dia tidak membutuhkan bantuan apa pun dan siapa pun. Allah menciptakan mereka untuk menunjukkan kemahakuasaan-Nya yang sempurna. Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul "Beriman kepada Malaikat". Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini pada tampilan dekstop. Semoga bermanfaat! Redaksi Khutbah I الحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّـدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّـدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقَهُ الْقُرْآنُ، أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ التحريم ٦ Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Mengawali khutbah pada siang hari yang penuh keberkahan ini, khatib berwasiat kepada kita semua untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah subhanahu wata’ala, dengan senantiasa berupaya melakukan semua kewajiban dan meninggalkan semua larangan. Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Salah satu yang wajib kita yakini adalah adanya malaikat. Mereka adalah jisim yang memiliki roh, yang Allah ciptakan dari cahaya, tidak dapat disentuh dan lebih lembut daripada udara. Mereka adalah para hamba yang mulia, bukan laki-laki dan bukan perempuan, tidak makan, tidak minum, tidak tidur, tidak merasakan letih, tidak beranak keturunan, tidak mendurhakai apa yang Allah perintahkan kepada mereka dan senantiasa mengerjakan apa yang diperintahkan. Para malaikat diserahi berbagai macam tugas yang berbeda-beda. Di antara mereka ada yang ditugaskan mengurus hujan dan tumbuh-tumbuhan. Ada yang ditugaskan mencatat amal perbuatan manusia dan ada yang ditugaskan mencabut nyawa. Sebagian malaikat ditugaskan menjaga manusia dari gangguan jin. Namun mereka tidak dapat mencegah terjadinya takdir Allah terhadap hamba. Apa yang Allah kehendaki terjadi pasti terjadi dan apa yang Allah tidak kehendaki terjadi pasti tidak terjadi. Sebagian malaikat ditugaskan menyampaikan salam kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dari umatnya. Dan sebagian yang lain ditugaskan mencatat dedaunan yang jatuh dari pepohonan. Mereka bukanlah pembantu-pembantu Allah ta’ala, karena Allah tidak membutuhkan bantuan apa pun dan siapa pun. Allah menciptakan mereka untuk menunjukkan kemahakuasaan-Nya yang sempurna. Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Para malaikat semuanya memiliki sayap. Ada yang memiliki dua sayap, empat sayap, enam sayap dan ada yang memiliki lebih dari itu. Disebutkan dalam sebuah hadits bahwa malaikat Jibril memiliki enam ratus buah sayap. Allah ta’ala berfirman اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ فَاطِرِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ جَاعِلِ الْمَلٰۤىِٕكَةِ رُسُلًاۙ اُولِيْٓ اَجْنِحَةٍ مَّثْنٰى وَثُلٰثَ وَرُبٰعَۗ يَزِيْدُ فِى الْخَلْقِ مَا يَشَاۤءُۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ فاطر ١ Maknanya “Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, yang menjadikan para malaikat sebagai utusan-utusan untuk mengurus berbagai macam urusan yang mempunyai sayap, masing-masing ada yang dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang Ia kehendaki. Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu” QS Fathir 1. Dalam beberapa hadits shahih disebutkan bahwa para malaikat terkadang beralih rupa dan berubah bentuk dalam selain bentuk aslinya. Dalam sebuah hadits shahih diriwayatkan bahwa suatu ketika Rasulullah shallallahu alaihi wasallam didatangi malaikat Jibril dalam bentuk seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih dan berambut sangat hitam. Namun sangat penting untuk digarisbawahi bahwa ketika malaikat mengambil bentuk seorang laki-laki, maka ia tidak beralat kelamin laki-laki. Para malaikat juga tidak pernah beralih rupa menjadi seorang perempuan. Tidak seperti yang diyakini oleh sebagian kalangan, sehingga mereka membuat patung malaikat dalam bentuk perempuan yang memiliki dua sayap. Hal ini jelas bertentangan dengan aqidah umat Islam. Allah ta’ala berfirman اِنَّ الَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ بِالْاٰخِرَةِ لَيُسَمُّوْنَ الْمَلٰۤىِٕكَةَ تَسْمِيَةَ الْاُنْثٰى النجم ٢٧ Maknanya “Sesungguhnya orang-orang yang tiada beriman kepada kehidupan akhirat, mereka benar-benar menamakan para malaikat itu dengan nama perempuan” QS an-Najm 27. Terkadang malaikat beralih rupa menjadi binatang-binatang tertentu seperti unta dan burung. Akan tetapi mereka tidak akan beralih rupa menjadi binatang-binatang yang najis, menjijikkan, atau dianjurkan untuk dibunuh, seperti ular, kalajengking, anjing, babi dan semacamnya. Kaum Muslimin rahimakumullah, Para malaikat adalah wali-wali kekasih Allah. Mereka adalah hamba-hamba yang mulia dan dimuliakan oleh Allah ta’ala. Mereka senantiasa beribadah dan bertasbih kepada Allah ta’ala setiap saat tanpa lelah. Banyak di antara mereka yang berada di langit. Baginda Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam bersabda مَا فِيْ السَّمَوَاتِ السَّبْعِ مَوْضِعُ قَدَمٍ وَلاَ شِبْرٍ وَلاَ كَفٍّ إِلاَّ وَفِيْهِ مَلَكٌ قَائِمٌ أَوْ مَلَكٌ رَاكِعٌ أَوْ مَلَكٌ سَاجِدٌ رَوَاهُ الطَّبَرَانِيُّ Maknanya “Tidaklah ada di langit yang tujuh tempat seluas telapak kaki, sejengkal atau seluas telapak tangan kecuali di sana ada malaikat yang tengah berdiri, sedang ruku’ atau sedang bersujud” HR ath-Thabarani Karena mereka adalah hamba-hamba yang dicintai dan dimuliakan Allah, maka tidak boleh mencaci dan melakukan pelecehan terhadap mereka. Bahkan para ulama mengatakan bahwa orang yang mencaci salah satu malaikat, maka ia telah keluar dari Islam. Dalam Al-Qur’an, Allah ta’ala menyebutkan secara beriringan orang-orang yang memusuhi para malaikat dengan orang-orang yang memusuhi Allah. Lalu Allah menegaskan bahwa mereka adalah orang-orang kafir. Allah ta’ala berfirman مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِّلّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَرُسُلِهٖ وَجِبْرِيْلَ وَمِيْكٰىلَ فَاِنَّ اللّٰهَ عَدُوٌّ لِّلْكٰفِرِيْنَ البقرة ٩٨ Maknanya “Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir” QS al-Baqarah 98. Jamaah shalat Jumat yang berbahagia, Sedangkan Iblis maka ia bukanlah dari golongan malaikat, melainkan dari bangsa jin. Hal ini penting untuk ditegaskan, karena ada sebagian penulis dan penceramah yang menyatakan Iblis adalah bagian dari bangsa malaikat. Dalil untuk membantahnya dari Al-Qur’an adalah firman Allah ta’ala tentang Iblis اِلَّآ اِبْلِيْسَۗ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ اَمْرِ رَبِّهٖۗ الكهف ٠ ٥ Maknanya “Kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya” QS al-Kahfi 50 Juga firman Allah ta’ala وَّاِنَّ عَلَيْكَ لَعْنَتِيْٓ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ ص ٧٨ Maknanya “Sesungguhnya laknat-Ku tetap atasmu, wahai Iblis sampai hari pembalasan” QS Shad 78 Seandainya Iblis adalah malaikat, maka ia tidak akan bermaksiat kepada Allah dan tidak akan keluar dari Islam. Allah ta’ala telah menegaskan dalam Al-Qur’an tentang sifat para malaikat لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ التحريم ٦ Maknanya “Mereka tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang Ia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” QS at-Tahrim 6. Allah ta’ala juga berfirman لَا يَسْبِقُوْنَهٗ بِالْقَوْلِ وَهُمْ بِاَمْرِهٖ يَعْمَلُوْنَ الأنبياء ٢٧ Maknanya “Mereka itu tidak mendahului-Nya dengan Perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya” QS al-Anbiya’ 27 Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Para ulama juga telah menegaskan bahwa kema’shuman adalah wajib pasti berlaku bagi para malaikat seluruhnya dari segala perbuatan maksiat dan dosa. Oleh karena itu, bila ada cerita yang menunjukkan sebaliknya maka itu jelas keliru. Misalnya, beredar cerita tentang dua malaikat, Harut dan Marut, bahwa diciptakan syahwat untuk keduanya lalu keduanya terpesona dengan seorang perempuan yang bernama Zuhrah. Lalu Harut dan Marut meminum khamar dan berzina dengan Zuhrah. Setelah itu keduanya membunuh seseorang tanpa hak. Lalu perempuan itu dikutuk menjadi bintang dan seterusnya. Ini semua adalah cerita yang tidak berdasar. Kisah tersebut adalah kisah bohong seperti ditegaskan oleh para ahli tafsir seperti al-Fakhr ar Razi, al-Baidlawi, Abu as Su’ud, al-Khazin, Ibn Katsir, dan lain-lain. Sedangkan firman Allah ta’ala dalam Al-Qur’an tentang malaikat Harut dan Marut وَاتَّبَعُوْا مَا تَتْلُوا الشَّيٰطِيْنُ عَلٰى مُلْكِ سُلَيْمٰنَ ۚ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمٰنُ وَلٰكِنَّ الشَّيٰطِيْنَ كَفَرُوْا يُعَلِّمُوْنَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَآ اُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوْتَ وَمَارُوْتَ ۗ وَمَا يُعَلِّمٰنِ مِنْ اَحَدٍ حَتّٰى يَقُوْلَآ اِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ ۗ فَيَتَعَلَّمُوْنَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُوْنَ بِهٖ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهٖ ۗ وَمَا هُمْ بِضَاۤرِّيْنَ بِهٖ مِنْ اَحَدٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗ وَيَتَعَلَّمُوْنَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ ۗ وَلَقَدْ عَلِمُوْا لَمَنِ اشْتَرٰىهُ مَا لَهٗ فِى الْاٰخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ ۗ وَلَبِئْسَ مَاشَرَوْا بِهٖٓ اَنْفُسَهُمْ ۗ لَوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَ البقرة ١٠٢ Maknanya adalah bahwa dua malaikat tersebut diutus untuk mengajarkan kepada orang-orang pada masanya salah satu jenis sihir agar orang-orang mengetahui perbedaan antara sihir dan mukjizat, bukan dengan tujuan agar mereka mempraktekkan sihir. Hadirin yang dirahmati Allah, Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan dapat kita amalkan. Amin. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ. Khutbah II اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ Ustadz Nur Rohmad, Tim Aswaja NU Center PWNU Jatim; tinggal di Dawarblandong, Mojokerto Baca naskah khutbah lainnya Khutbah Jumat Batal Berangkat Haji, Jangan Bersedih Hati! Khutbah Jumat Ibadah Haji, antara Kebutuhan dan Keinginan Khutbah Idul Adha Tiga Makna di Balik Ibadah Haji
Wanitayang merasakan manisnya iman, tatkala sampai kepadanya bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah terbunuh dalam perang Uhud. Maka wanita inipun pergi ke medan pertempuran, ternyata ayahnya terbunuh, saudara lelakinya terbunuh, putranya terbunuh, dan suaminya terbunuh. Wanita inipun berkata, "Apa yang dilakukan oleh Rasulullah
KHUTBAH PERTAMA إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا. أَمَّابَعْدُ؛ فَإِنْ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ. Hadirin jamaah Jumat yang berbahagia! Pada kesempatan Jum’at ini, marilah kita merenungkan salah satu firman Allah dalam surat Al-Ankabut ayat 2 dan 3 yang Artinya “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa salah satu konsekuensi pernyataan iman kita, adalah kita harus siap menghadapi ujian yang diberikan Allah SWT kepada kita, untuk membuktikan sejauh mana kebenaran dan kesungguhan kita dalam menyatakan iman, apakah iman kita itu betul-betul bersumber dari keyakinan dan kemantapan hati, atau sekedar ikut-ikutan serta tidak tahu arah dan tujuan, atau pernyataan iman kita didorong oleh kepentingan sesaat, ingin mendapatkan kemenangan dan tidak mau menghadapi kesulitan seperti yang digambarkan Allah Subhannahu wa Ta’ala dalam surat Al-Ankabut ayat 10 Dan di antara manusia ada orang yang berkata “Kami beriman kepada Allah”, maka apabila ia disakiti karena ia beriman kepada Allah, ia menganggap fitnah manusia itu sebagai azab Allah. Dan sungguh jika datang pertolongan dari Tuhanmu, mereka pasti akan berkata “Sesungguh-nya kami adalah besertamu.” Bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada dalam dada semua manusia”? Hadirin jamaah Jum’at yang berbahagia! Bila kita sudah menyatakan iman dan kita mengharapkan manisnya buah iman yang kita miliki yaitu Surga sebagaimana yang dijanjikan oleh Allah Subhannahu wa Ta’ala “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shalih, bagi mereka adalah Surga Firdaus menjadi tempat tinggal.” QS. Al-Kahfi 107. Maka marilah kita bersiap-siap untuk menghadapi ujian berat yang akan diberikan Allah kepada kita, dan bersabarlah kala ujian itu datang kepada kita. Allah memberikan sindiran kepada kita, yang ingin masuk Surga tanpa melewati ujian yang berat. “Apakah kalian mengira akan masuk Surga sedangkan belum datang kepada kalian cobaan sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka ditimpa malapetaka dan keseng-saraan, serta digoncangkan dengan bermacam-macam cobaan sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersama-nya “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguh-nya pertolongan Allah itu amat dekat.” QS. Al-Baqarah 214. Rasulullah SAW mengisahkan betapa beratnya perjuangan orang-orang dulu dalam perjuangan mereka mempertahankan iman mereka, sebagaimana dituturkan kepada shahabat Khabbab Ibnul Arats Radhiallaahu anhu. لَقَدْ كَانَ مَنْ قَبْلَكُمْ لَيُمْشَطُ بِمِشَاطِ الْحَدِيْدِ مَا دُوْنَ عِظَامِهِ مِنْ لَحْمٍ أَوْ عَصَبٍ مَا يَصْرِفُهُ ذَلِكَ عَنْ دِيْنِهِ وَيُوْضَعُ الْمِنْشَارُ عَلَى مِفْرَقِ رَأْسِهِ فَيَشُقُّ بِاثْنَيْنِ مَا يَصْرِفُهُ ذَلِكَ عَنْ دِيْنِهِ. رواه البخاري. “… Sungguh telah terjadi kepada orang-orang sebelum kalian, ada yang di sisir dengan sisir besi sehingga terkelupas daging dari tulang-tulangnya, akan tetapi itu tidak memalingkannya dari agamanya, dan ada pula yang diletakkan di atas kepalanya gergaji sampai terbelah dua, namun itu tidak memalingkannya dari agamanya…” HR. Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari dengan Fathul Bari, cet. Dar Ar-Royyan, Juz 7 hal. 202. Cobalah kita renungkan, apa yang telah kita lakukan untuk membuktikan keimanan kita? cobaan apa yang telah kita alami dalam mempertahankan iman kita? Apa yang telah kita korbankan untuk memperjuangkan aqidah dan iman kita? Bila kita memper-hatikan perjuangan Rasulullah SAW dan orang-orang terdahulu dalam mempertahankan iman mereka, dan betapa pengorbanan mereka dalam memperjuangkan iman mereka, mereka rela mengorbankan harta mereka, tenaga mereka, pikiran mereka, bahkan nyawapun mereka korbankan untuk itu. Rasanya iman kita ini belum seberapanya atau bahkan tidak ada artinya bila dibandingkan dengan iman mereka. Apakah kita tidak malu meminta balasan yang besar dari Allah sementara pengorbanan kita sedikit pun belum ada? Hadirin sidang Jum’at yang dimuliakan Allah! Ujian yang diberikan oleh Allah kepada manusia adalah berbeda-beda. Dan ujian dari Allah bermacam-macam bentuknya, setidak-nya ada empat macam ujian yang telah dialami oleh para pendahulu kita Yang pertama Ujian yang berbentuk perintah untuk dilaksanakan, seperti perintah Allah kepada Nabi Ibrahim Alaihissalam untuk menyembelih putranya yang sangat ia cintai. Ini adalah satu perintah yang betul-betul berat dan mungkin tidak masuk akal, bagaimana seorang bapak harus menyembelih anaknya yang sangat dicintai, padahal anaknya itu tidak melakukan kesalahan apapun. Sungguh ini ujian yang sangat berat sehingga Allah sendiri mengatakan “Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.” QS. Ash-Shaffat 106. Dan di sini kita melihat bagaimana kualitas iman Nabi Ibrahim as yang benar-benar sudah tahan uji, sehingga dengan segala ketabahan dan kesabarannya perintah yang sangat berat itupun dijalankan. Apa yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan puteranya adalah pelajaran yang sangat berat itupun dijalankannya. Apa yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan puteranya adalah pelajaran yang sangat berharga bagi kita, dan sangat perlu kita tauladani, karena sebagaimana kita rasakan dalam kehidupan kita, banyak sekali perintah Allah yang dianggap berat bagi kita, dan dengan berbagai alasan kita berusaha untuk tidak melaksanakannya. Sebagai contoh, Allah telah memerintahkan kepada para wanita Muslimah untuk mengenakan jilbab pakaian yang menutup seluruh aurat secara tegas untuk membedakan antara wanita Muslimah dan wanita musyrikah sebagaimana firmanNya “Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang Mumin” “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” QS. Al-Ahzab, 59. Namun kita lihat sekarang masih banyak wanita Muslimah di Indonesia khususnya tidak mau memakai jilbab dengan berbagai alasan, ada yang menganggap kampungan, tidak modis, atau beranggapan bahwa jilbab adalah bagian dari budaya bangsa Arab. Ini pertanda bahwa iman mereka belum lulus ujian. Padahal Rasulullah SAW memberikan ancaman kepada para wanita yang tidak mau memakai jilbab dalam sabdanya صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا؛ قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُوْنَ بِهَا النَّاسَ، وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيْلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُؤُوْسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيْحَهَا. رواه مسلم. “Dua golongan dari ahli Neraka yang belum aku lihat, satu kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi, yang dengan cambuk itu mereka memukul manusia, dan wanita yang memakai baju tetapi telanjang berlenggak-lenggok menarik perhatian, kepala-kepala mereka seperti punuk unta, mereka tidak akan masuk Surga dan tidak akan mencium wanginya”. HR. Muslim, Shahih Muslim dengan Syarh An-Nawawi cet. Dar Ar-Rayyan, juz 14 hal. 109-110. Yang kedua Ujian yang berbentuk larangan untuk ditinggalkan seperti halnya yang terjadi pada Nabi Yusuf Alaihissalam yang diuji dengan seorang perempuan cantik, istri seorang pembesar di Mesir yang mengajaknya berzina, dan kesempatan itu sudah sangat terbuka, ketika keduanya sudah tinggal berdua di rumah dan si perempuan itu telah mengunci seluruh pintu rumah. Namun Nabi Yusuf Alaihissalam membuktikan kualitas imannya, ia berhasil meloloskan diri dari godaan perempuan itu, padahal sebagaimana pemuda umumnya ia mempunyai hasrat kepada wanita. Ini artinya ia telah lulus dari ujian atas imannya. Sikap Nabi Yusuf as ini perlu kita ikuti, terutama oleh para pemuda Muslim di zaman sekarang, di saat pintu-pintu kemaksiatan terbuka lebar, pelacuran merebak di mana-mana, minuman keras dan obat-obat terlarang sudah merambah berbagai lapisan masyarakat, sampai-sampai anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar pun sudah ada yang kecanduan. Perzinahan sudah seakan menjadi barang biasa bagi para pemuda, sehingga tak heran bila menurut sebuah penelitian, bahwa di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya enam dari sepuluh remaja putri sudah tidak perawan lagi. Di antara akibatnya, setiap tahun banyak bayi dibunuh dengan cara aborsi, atau dibunuh beberapa saat setelah si bayi lahir. Keadaan seperti itu diperparah dengan semakin banyaknya media cetak yang berlomba-lomba memamerkan aurat wanita, juga media elektronik dengan acara-acara yang sengaja dirancang untuk membangkitkan gairah seksual para remaja. Pada saat seperti inilah sikap Nabi Yusuf as perlu ditanamkan dalam dada para pemuda Muslim. Para pemuda Muslim harus selalu siap siaga menghadapi godaan demi godaan yang akan menjerumuskan dirinya ke jurang kemaksiatan. Rasulullah SAW telah menjanjikan kepada siapa saja yang menolak ajakan untuk berbuat maksiat, ia akan diberi perlindungan di hari Kiamat nanti sebagaimana sabdanya سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ … وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ … متفق عليه. “Tujuh orang yang akan dilindungi Allah dalam lindungan-Nya pada hari tidak ada perlindungan selain perlindunganNya, .. dan seorang laki-laki yang diajak oleh seorang perempuan terhormat dan cantik, lalu ia berkata aku takut kepada Allah…” HR. Al-Bukhari Muslim, Shahih Al-Bukhari dengan Fathul Bari cet. Daar Ar-Rayyan, juz 3 hal. 344 dan Shahih Muslim dengan Syarh An-Nawawi cet. Dar Ar-Rayaan, juz 7 hal. 120-121. Yang ketiga Ujian yang berbentuk musibah seperti terkena penyakit, ditinggalkan orang yang dicintai dan sebagainya. Sebagai contoh, Nabi Ayyub as yang diuji oleh Allah dengan penyakit yang sangat buruk sehingga tidak ada sebesar lubang jarum pun dalam badannya yang selamat dari penyakit itu selain hatinya, seluruh hartanya telah habis tidak tersisa sedikitpun untuk biaya pengobatan penyakitnya dan untuk nafkah dirinya, seluruh kerabatnya meninggalkannya, tinggal ia dan istrinya yang setia menemaninya dan mencarikan nafkah untuknya. Musibah ini berjalan selama 18 tahun, sampai pada saat yang sangat sulit sekali baginya ia memelas sambil berdo’a kepada Allah “Dan ingatlah akan hamba Kami Ayuub ketika ia menyeru Tuhan-nya;” Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan”. Tafsir Ibnu Katsir, Juz 4 hal. 51. Dan ketika itu Allah memerintahkan Nabi Ayyub as untuk menghantamkan kakinya ke tanah, kemudian keluarlah mata air dan Allah menyuruhnya untuk meminum dari air itu, maka hilanglah seluruh penyakit yang ada di bagian dalam dan luar tubuhnya. Tafsir Ibnu Katsir, Juz 4 hal. 52. Begitulah ujian Allah kepada NabiNya, masa delapan belas tahun ditinggalkan oleh sanak saudara merupakan perjalanan hidup yang sangat berat, namun di sini Nabi Ayub as membuktikan ketangguhan imannya, tidak sedikitpun ia merasa menderita dan tidak terbetik pada dirinya untuk menanggalkan imannya. Iman seperti ini jelas tidak dimiliki oleh banyak saudara kita yang tega menjual iman dan menukar aqidahnya dengan sekantong beras dan sebungkus sarimi, karena tidak tahan menghadapi kesulitan hidup yang mungkin tidak seberapa bila dibandingkan dengan apa yang dialami oleh Nabi Ayyub Alaihissalam ini. Sidang jamaah rahimakumullah Yang keempat Ujian lewat tangan orang-orang kafir dan orang-orang yang tidak menyenangi Islam. Apa yang dialami oleh Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wa salam dan para sahabatnya terutama ketika masih berada di Mekkah kiranya cukup menjadi pelajaran bagi kita, betapa keimanan itu diuji dengan berbagai cobaan berat yang menuntut pengorbanan harta benda bahkan nyawa. Di antaranya apa yang dialami oleh Rasulullah n di akhir tahun ketujuh kenabian, ketika orang-orang Quraisy bersepakat untuk memutuskan hubungan apapun dengan Rasulullah SAW beserta Bani Abdul Muththolib dan Bani Hasyim yang melindunginya, kecuali jika kedua suku itu bersedia menyerahkan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam untuk dibunuh. Rasulullah SAW bersama orang-orang yang membelanya terkurung selama tiga tahun, mereka mengalami kelaparan dan penderitaan yang hebat. DR. Akram Dhiya Al-Umari, As-Sirah An-Nabawiyyah Ash-Shahihah, Juz 1 hal. 182. Juga apa yang dialami oleh para shahabat tidak kalah beratnya, seperti apa yang dialami oleh Yasir z dan istrinya Sumayyah dua orang pertama yang meninggal di jalan dakwah selama periode Mekkah. Juga Bilal Ibnu Rabah ra yang dipaksa memakai baju besi kemudian dijemur di padang pasir di bawah sengatan matahari, kemudian diarak oleh anak-anak kecil mengelilingi kota Mekkah dan Bilal ra hanya mengucapkan “Ahad, Ahad” DR. Akram Dhiya Al-Umari, As-Siroh An-Nabawiyyah Ash-Shahihah, Juz 1 hal. 154-155. Dan masih banyak kisah-kisah lain yang menunjukkan betapa pengorbanan dan penderitaan mereka dalam perjuangan mempertahankan iman mereka. Namun penderitaan itu tidak sedikit pun mengendorkan semangat Rasulullah dan para shahabatnya untuk terus berdakwah dan menyebarkan Islam. Musibah yang dialami oleh saudara-saudara kita umat Islam di berbagai tempat sekarang akibat kedengkian orang-orang kafir, adalah ujian dari Allah kepada umat Islam di sana, sekaligus sebagai pelajaran berharga bagi umat Islam di daerah-daerah lain. Umat Islam di Indonesia khususnya sedang diuji sejauh mana ketahanan iman mereka menghadapi serangan orang-orang yang membenci Islam dan kaum Muslimin. Sungguh menyakitkan memang di satu negeri yang mayoritas penduduknya Muslim terjadi pembantaian terhadap kaum Muslimin, sekian ribu nyawa telah melayang, bukan karena mereka memberontak pemerintah atau menyerang pemeluk agama lain, tapi hanya karena mereka mengatakan Laa ilaaha illallaahu لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ, tidak jauh berbeda dengan apa yang dikisahkan Allah dalam surat Al-Buruj ayat 4 sampai 8 “Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit, yang berapi dinyalakan dengan kayu bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman. Dan mereka tidak menyiksa orang-orang Mukmin itu melainkan karena orang-orang Mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji”. Peristiwa seperti inipun mungkin akan terulang kembali selama dunia ini masih tegak, selama pertarungan haq dan bathil belum berakhir, sampai pada saat yang telah ditentukan oleh Allah. Kita berdo’a mudah-mudahan saudara-saudara kita yang gugur dalam mempertahankan aqidah dan iman mereka, dicatat sebagai para syuhada di sisi Allah. Amin. Dan semoga umat Islam yang berada di daerah lain, bisa mengambil pelajaran dari berbagai peristiwa, sehingga mereka tidak lengah menghadapi orang-orang kafir dan selalu berpegang teguh kepada ajaran Allah serta selalu siap sedia untuk berkorban dalam mempertahankan dan meninggikannya, karena dengan demikianlah pertolongan Allah akan datang kepada kita, firman Allah. “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong agama Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”. QS. Muhammad 7. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ. وَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ. Khutbah Kedua اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأََشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ؛ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَقُوا اللهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ. Hadirin jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah! Sebagai orang-orang yang telah menyatakan iman, kita harus mempersiapkan diri untuk menerima ujian dari Allah, serta kita harus yaqin bahwa ujian dari Allah itu adalah satu tanda kecintaan Allah kepada kita, sebagaimana sabda Rasulullah SAW إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا اِبْتَلاَهُمْ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ. رواه الترمذي، وقال هذا حديث حسن غريب من هذا الوجه. “Sesungguhnya besarnya pahala sesuai dengan besarnya cobaan ujian, Dan sesungguhnya apabila Allah mencintai satu kaum Ia akan menguji mereka, maka barangsiapa ridha baginyalah keridhaan Allah, dan barangsiapa marah baginyalah kemarahan Allah”. HR. At-Tirmidzi, dan ia berkata hadits ini hasan gharib dari sanad ini, Sunan At-Timidzy cet. Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah, juz 4 hal. 519. Mudah-mudahan kita semua diberikan ketabahan dan kesabaran oleh Allah dalam menghadapi ujian yang akan diberikan olehNya kepada kita. Amin. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَرَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْ كُلِّ صَحَابَةِ رَسُوْلِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ. رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ. رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ. اَللَّهُمَ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَصْلِحْ وُلاَةَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ وَوَفِّقْهُمْ لِلْعَمَلِ بِمَا فِيْهِ صَلاَحُ اْلإِسْلاَمِ وَالْمُسْلِمِيْنَ. اَللَّهُمَ لاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا بِذُنُوْبِنَا مَنْ لاَ يَخَافُكَ فِيْنَا وَلاَ يَرْحَمُنَا. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ [] SUMBER ALQURAN-SUNNAH
Imanadalah kesungguhan, amalan, ketekunan, kesabaran, menahan dan mencegah diri dari sesuatu disukai maupun yang tidak disukai semata-mata karena Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sesungguhnya iman memiliki tanda-tanda yang banyak. Allah Subhanahu wa Ta'ala banyak menyebutkannya dalam al-Qur`ân dan Rasulullâh shallallahu 'alaihi wa sallam
Kitameyakini dengan pasti bahwa iman itu dapat bertambah juga dapat berkurang. Iman akan bertambah dengan amal ketaatan. Iman akan berkurang dengan amal kemaksiatan dan dosa. Melemahnya iman seseorang tentu ada tanda-tandanya. Ada banyak sekali. Tanda-tanda lemahnya iman ini harus kita pahami dengan baik.
DialahSumayyah binti Khayyat, hamba sahaya dari Abu Hudzaifah bin Mughirah. Beliau dinikahi oleh Yasir, seorang pendatang yang kemudian men
. 4mmxkd6b83.pages.dev/7114mmxkd6b83.pages.dev/8764mmxkd6b83.pages.dev/4294mmxkd6b83.pages.dev/5654mmxkd6b83.pages.dev/7414mmxkd6b83.pages.dev/714mmxkd6b83.pages.dev/7524mmxkd6b83.pages.dev/5054mmxkd6b83.pages.dev/4194mmxkd6b83.pages.dev/6014mmxkd6b83.pages.dev/4424mmxkd6b83.pages.dev/3364mmxkd6b83.pages.dev/5504mmxkd6b83.pages.dev/9214mmxkd6b83.pages.dev/602
khutbah jumat manisnya iman